Grosir Baju Murah
 
 
Picture
Lagu India berjudul ‘Chaiyya Chaiyya’ yang dinyanyikan dengan kocak dan penuh perasaan oleh Briptu Norman Kamaru, anggota Brimob Polda Gorontalo, ternyata juga tenar di Hollywood. Lagu itu bahkan dipakai di beberapa film dan serial televisi produksi Hollywood. Tak heran, karena ‘Chaiyya Chaiyya’ masuk dalam 10 besar lagu terpopuler seantero dunia versi BBC.

Mungkin tak banyak yang menyadari bahwa remix lagu ‘Chaiyya Chaiyya’ digunakan pada pembukaan dan penutupan film ‘Inside Man’ yang dibintangi Danzel Washington dan Clive Owen. Pada pembukaan film produksi tahun 2006 itu, ‘Chaiyya Chaiyya’ telah diringkas dari versi aslinya, dan ditambahi iringan terompet. Sementara pada penutupan ‘Inside Man,’ digunakan ‘Chaiyya Chaiyya’ versi remix hip-hop.

‘Chaiyya Chaiyya’ juga diperdengarkan pada serial televisi ‘CSI: Miami’ musim lima episode ke-5. Versi asli lagu ini dapat diperoleh pada kompilasi album A.R. Rahman yang berjudul ‘A.R. Rahman – A World Music.’ A.R. Rahman adalah pencipta lagu ‘Chaiyya Chaiyya.’ Lirik ‘Chaiyya Chaiyya’ sendiri dikarang oleh rekannya, Gulzar.

Lagu itu menjadi populer karena dipakai di film Dil Se yang dibintangi Shahrukh Khan itu. ‘Chaiyya Chaiyya’ seringkali digunakan di berbagai festival kebudayaan di India. Lagu ini juga dipilih sebagai lagu pengiring pada upacara pembukaan pesta olahraga negara-negara persemakmuran tahun 2010 yang berlangsung di Stadion Jawaharlal Nehru, New Delhil.

Pada tahun 2003, BBC menggelar survei global untuk memilih 10 lagu terpopuler yang pernah ada. Terdapat 7.000 lagu dari seluruh dunia yang masuk seleksi untuk dipilih. Survei sendiri dilakukan di 155 negara. Hasilnya, ‘Chaiyya Chaiyya’ terpilih di deretan ke-9 lagu terpopuler sepanjang masa. Uniknya, lagu ini tidak hanya populer di India, tapi juga di Inggris.

 
Ketua Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) Sendy Yusuf mengimbau para pemilik Factory Outlet (FO) menyediakan tempat khusus yang digunakan untuk memasarkan batik.

“Sampai saat ini, baru ada satu FO yang memiliki ruang untuk pameran batik, di daerah Dago,” kata Sendy kepada wartawan di Mall Pasteur Hyper Point jalan Pasteur, Rabu (1/12/20).

Jika telah masuk FO, kata dia, wisatawan akan mudah mencari batik dari berbagai daerah dalam satu tempat. “Jadi di FO tersebut, menyediakan batik dari berbagai daerah yang ada di Jabar,” kata Sendy.

Saat ini ada ribuan perajin dan pengusaha batik di Jabar. Selain di Indonesia, produksi batik asal Jabar sudah tersebar di seluruh mancanegara.

Untuk membantu para perajin dan pengusaha batik, YBJB memberikan berbagai kemudahan mulai dari pelatihan dalam membatik, akses permodalan bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) melalui bunga rendah dan tanpa agunan, serta pelatihan manajemen mulai dari teknik hingga pemasaran produk.

“Untuk pemasaran, YBJB mengikutkan perajin dan pengusaha batik dalam pameran baik lokal maupun nasional. Untuk nasional minimal tiga kali dalam setahun,” imbuhnya.

Pihaknya mengaku belum berani membawa perajin dan pengusaha batik masuk ke pameran international. “Sebelum persaingan global, perlu mempunyai kemampuan yang kuat di persaingan lokal,” pungkas Sendy.[gin]

sumber : inilahjabar.com

Buat Factory outlet yang ingin memasarkan batik, bisa berbelanja kebutuhan batik melalui online di www.grosirpasarklewer.com, Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik yang yang cukup terkenal di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan asing maupun domestic yang berkunjung untuk melihat-lihat batik solo yang ada di Pasar Klewer. Selain itu Pasar klewer juga merupakan salah satu sentra bisnis grosir batik dengan harga yang relatif murah.

Dengan komitmen dan konsentrasi pada pelayanan perdagangan busana khususnya batik solo di Indonesia, kini kami berhasil menjadi salah satu perusahaan grosir online terpercaya dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di Indonesia.
Picture
 
Picture
Bencana letusan Gunung Merapi telah menginspirasi para pengrajin batik untuk membuat karya batik bermotif bencana Merapi. Salah satunya adalah batik bermotif ‘wedus gembel’ dan Gunung Merapi. Batik bermotif khusus itu total terjual seharga Rp 103 juta.

Lelang 3 batik bermotif Gunung Merapi dan ‘Wedus Gembel’ itu dilelang dalam Pameran Batik Jawa Tengah di Plaza Kementerian Perindustrian, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa (30/11/2010).

Batik bermotif Gunung Merapi dan wedus gembel tampil dan di lelang di acara pameran batik Jawa Tengah yang berlangsung 30 November-3 Desember 2010 di Kementerian Perindustrian. Dalam pameran ini juga ditampilkan 52 stand batik asal Jawa Tengah.

“Kita juga me-launching batik bermotif Merapi karya Komar,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah.

Euis menjelaskan batik Merapi dan wedus gembel merupakan karya perajin batik Komar asal Jawa Barat. Uang hasil lelang akan disumbangkan bagi bantuan sosial termasuk korban bencana Merapi.

Ada tiga motif batik Gunung Merapi yang berhasil dilelang yaitu batik pertama berhasil terjual Rp 51 juta, penawar tertinggi Menteri Perindustrian MS Hidayat. Batik kedua terjual Rp 32 juta penawar tertinggi oleh Carmelita salah satu pengurus Kadin dan batik ketiga terjual Rp 20 juta, penawar tertinggi Benny Soetrisno seorang pengusaha tekstil.

“Saya buka dengan harga pembuka Rp 200.000,” kata Komar sebelum membuka lelang kepada detikFinance.

Menteri Perindustrian MS Hidayat langsung menyambar menawar harga Rp 20 juta, hingga proses tawar-menawar dan akhirnya disepakati harga Rp 51 juta untuk batik pertama.

Setelah melihat harga lelang yang cukup tinggi, lantas Komar menaikan penawaran harga pembuka karya batiknya menjadi Rp 10 juta untuk yang kedua dan ketiga. Batik kedua akhirnya terjual Rp 32 juta dan ketiga terjual Rp 20 juta, sehingga total penjualan untuk 3 batik bermotif Merapi itu mencapai Rp 103 juta.

(hen/qom)
sumber:detik.com

 
Picture
Sejumlah perajin batik di Daerah Istimewa Yogyakarta masih minim pengetahuan tentang pewarnaan batik yang menggunakan bahan alam, dan meskipun ada perajin menggunakannya, jumlahnya tidak banyak, kata Ketua Paguyuban Batik Sekar Jagad  Yogyakarta Larassati Suliantoro.

"Memang saat ini sedang 'tren' menggunakan pewarna alam, karena jika menggunakan pewarna kimia akan 'menjajah' para perajin, karena harganya sangat mahal," katanya, di Yogyakarta, Kamis (11/11).

Ia mengatakan sampai saat ini dari sejumlah perajin batik yang menggunakan pewarna alam, kualitas pewarna alam yang digunakan masih standar. "Pewarna alam memang harganya murah, tetapi bahan bakunya sulit diperoleh, dan pembuatan variasi warnanya masih sangat terbatas," katanya.

Sejauh ini dari pihaknya menaruh perhatian terhadap kerajinan batik yang menggunakan pewarna alam, namun menurut dia belum semua produksi batik yang menggunakan pewarna alam kualitasnya memuaskan.

"Memang ada sejumlah produk kerajinan batik yang menggunakan pewarna alam kualitas warnanya bagus, tetapi ada pula yang kualitasnya kurang memuaskan, karena perajin belum bisa memadukan campuran bahan alam itu untuk menghasilkan warna yang inovatif dan tidak monoton," katannya.

Larassati mengatakan pihaknya telah melakukan sosialisasi di kalangan perajin batik yang menggunakan pewarna alam agar mengolah bahan alam yang dipakai sehingga menghasilkan kualitas warna yang bagus.

"Memang tujuan mereka menggunakan pewarna alam sebagai pewarna batik tulis positif, yaitu ramah lingkungan, dan harga jual produk menjadi tinggi," katanya.

Menurut dia, para perajin batik masih minim pengetahuannya tentang penggunaan pewarna alam yang bisa menghasilkan kualitas warna yang bagus. "Pengolahan bahan alam hingga menjadi pewarna alami memang sulit, karena tidak semua bahan alam dapat digunakan sebagai bahan pewarna," katanya.

Sementara itu, kata dia, untuk mengembangkan desain dan motif batik juga sulit, karena khawatir ditiru perajin lainnya. "Memang ada sejumlah motif atau desain batik yang ditiru perajin lain," kata Larassati.

Ia berharap para perajin batik di Yogyakarta dan sekitarnya yang menggunakan pewarna alam untuk saling berbagi dan bertukar pikiran serta pengalaman tentang penggunaan pewarna alam yang bagus, sehingga menghasilkan kualitas warna yang bagus pula. (Ant/OL-2)

 
Picture
Kain batik tulis yang diproduksi perajin di kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat banyak diminati kalangan wisatawan mancanegara, karena memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan batik tulis lainnya.

"Kain batik tulis keraton banyak disukai wisatawan mancanegara, karena motif batiknya khas Keraton Yogyakarta," kata salah seorang perajin batik kraton di kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Marto Surtono, di Yogyakarta, Selasa (5/10/2010).

Menurut Marto yang juga "abdi dalem" (pegawai keraton) ini, batik tulis keraton banyak diminati kalangan wisatawan mancanegara di antaranya dari Thailand, Jepang, dan Inggris.

Ia mengatakan batik tulis keraton memang desain dan motifnya berciri khas Yogyakarta. "Kami memang hanya membuat motif batik tulis berciri khas batik Yogyakarta, seperti motif batik Sidomukti, Wahyutemaran, Seminromo, dan Sidoluhur," katanya.

Marto mengatakan selain membuat batik tulis untuk dijual di pasaran umum, pihaknya juga memproduksi kain batik khusus untuk pakaian Sri Sultan Hamengku Buwono X yang tidak boleh dijual di pasaran, dan hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan.

"Kami membuat batik tulis khusus untuk pakaian Sri Sultan Hamengku Buwono X, yakni bermotifkan batik parang besar, yang hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan," katanya.

Ia mengatakan proses pembuatan batik tulis keraton membutuhkan waktu lama. "Untuk membuat satu lembar kain batik tulis kraton biasanya perlu waktu sekitar tiga bulan hingga menjadi kain batik yang siap dipakai," katanya.

Menurut Marto, batik tulis keraton yang ia produksi jumlahnya tidak menentu setiap bulannya. "Jika membatiknya cepat, kami hanya mampu membuat satu lembar kain batik dalam satu bulan," katanya.

Harga kain batik tulis keraton, kata dia disesuaikan dengan motif serta ukuran kainnya. "Harganya antara Rp 300.000 hingga Rp 1,1 juta per lembar," katanya.

Sedangkan mengenai omzet penjualan kain batik keraton yang dibuatnya, Marto menyebutkan dalam satu bulan tidak menentu, dan juga tergantung produksinya. "Selama ini, setiap bulan hanya terjual rata-rata satu lembar kain batik," katanya.

Sumber : kompas.com

 
Picture
Seperti ruas jalan ibukota lainnya, kawasan Pasar Tanah Abang belum juga terbebas dari kemacetan kronisnya. Ibarat benang kusut, lalu lintas di Tanah Abang makin semrawut bak benang kusut.

Padahal, Pemerintahan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah men­coba berbagai jurus menang­gu­langi kemacetan di kawa­san pu­sat perdagang­an tekstil terbe­sar di Asia Tenggara ini. Di antaranya, pembangunan jalur underpass dan penerapan jalur satu arah.

Seperti diketahui, Pasar Tanah Abang dari dulu dikenal masya­rakat sebagai kiblatnya barang tek­stil. Sehingga banyak pengu­saha berbondong-bondong ber­bu­­ru barang dagangannya disini.

Akan tetapi, aktivitas perdaga­ngan dan hilir mudiknya pengun­jung justru berdampak pada arus jalan raya. Setiap peng­guna jalan yang ingin melewati ja­lan di de­pan pasar tersebut dihadapkan pada ke­macetan. Ini terbukti de­ngan pan­jangnya antrian ken­da­raan dari arah Karet menuju Ci­deng atau pun sebaliknya.

Kemacetan ini terjadi nyaris se­panjang waktu, dari pagi hari sam­pai berakhirnya aktivitas masya­rakat ibukota pada malam hari.

Di antara penyebab kemacetan ini misalnya adalah aktivitas bong­­­kar muat barang, pengun­jung yang meluber sampai ke ja­lan, dan ang­kutan umum yang berhenti semba­rangan. Karena itu, arus jalan tersen­dat ketika pe­ngendara ingin me­masuki jalur un­derpass yang ter­dapat di de­pan pasar Ta­nah Abang.

Seorang juru parkir di depan salah satu ruko Tanah Abang, Daryanto (52), mengatakan, dari awal berdirinya pasar Tanah Abang, kemacetan memang sudah terjadi. Bahkan sampai sekarang, meski underpass yang dianggap pemerintah sebagai solusi tepat mengentaskan kemacetan sudah tersedia. “Mungkin, kemacetan akan menjadi trademark-nya pa­sar ini. Lihat saja sekarang, kema­cetan itu masih saja terjadi,” kata pria yang sudah mengawali pro­fesinya sebagai tukang parkir se­jak 1998 di wilayah tersebut.

Dimanapun, lanjutnya, kebera­daan pusat perbelanjaan di Ja­karta sudah pasti berdampak pada kemacetan. Apalagi, Jakarta ter­golong padat dengan kendaraan ber­motor. Terlebih sejak pasar Ta­nah Abang direnovasi pada 2005, kesan kumuh, padat, dan panas tidak lagi melekat di pasar yang kini dikenal dengan Blok A pasar Tanah Abang. Kondisi ini makin menambah jumlah konsumen yang datang.

“Tanah Abang sama seperti pusat belanja lainnya. Macet. Li­hat saja mall Ambassador yang tak jauh dari sini, jalan depannya pasti macet,” terangnya.

Daryanto menilai, biang ke­macetan itu terutama disebabkan kendaaraan umum dan angkutan barang yang berhenti di semba­rang tempat. “Angkutan umum itu kan mencari calon penum­pang,” jawabnya.

Selain di sepanjang jalan me­nuju pasar Tanah Abang, di per­sim­pangan lampu merah Tanah Abang, tepatnya di bawah flyover karet menuju Cideng atau flyover dari arah Jatibaru menuju Jalan Kebon Sirih, juga sering dilanda kema­cetan. Terutama pada pagi dan sore hari, ketika sistem three in one ber­laku di Jalan MH Thamrin.

Padahal, beberapa bulan lalu Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta baru saja menerap­kan jalur satu arah di Jalan Jati Baru. Kendaraan dari Jalan Abdul Muis menuju Petamburan harus melewati Jalan Fakhrudin.

Untuk itu, petugas memasang tanda larangan melintas menuju Jl Jatibaru. Namun, pemasangan tan­da tersebut mengakibatkan ruas Jalan Fakhrudin atau tepat di de­pan Hotel Millennium tersen­dat. Hal itu disebabkan ba­nyak pe­ng­en­­dara yang bingung memi­lih ja­lur. Apakah menuju Ka­ret ataukah Slipi. “Pemberla­kuan sistem satu arah ini me­mang su­dah lama di­terapkan. Ta­pi, langkah ini belum bisa me­ng­atasi kemacetan.

“Pembatasan ruas jalur di jalan Fakhrudin menyebabkan kebi­ngu­ngan pengendara,” ujar Tarso (42), salah seorang pengendara se­peda motor yang hendak me­nu­ju arah Slipi, Jakarta Barat.

Kemacetan di jalan ini menu­rutnya memang rutin terjadi, ter­utama pagi dan sore hari. Ke­pa­datan kendaraan ini, lanjut Tarso, disebabkan pengendara yang men­coba menghindari pember­lakuan sistem 3 in 1 di Jalan MH. Thamrin.


[RM]

 
Grosir Baju Murah